Kamis, 25 Oktober 2012

keluarga











Mnajemen Perencanaab Pendidikan

KONSEP DASAR PERENCANAAN PENDIDIKAN
MAKALAH

Disusun Guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Manajemen Perencanaan Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fahrurrozi, M.Ag


 





                                                                                           

Disusun Oleh:

Desy Fatmawati             (103311042)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan
       I.            PENDAHULUAN
            Perencanaan merupakan penyusunan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan  untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu perencanaan dapat disusun berdasarkan jangka waktu tertentu yaitu jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek; menurut luas jangkauannya yaitu perencanaan makro dan perencanaan mikro; perencanaan menurut wewenang pembuatnya yaitu sentralisasi dan desentralisasi; dan menurut telaahnya yaitu perencanaan strategis, perencanaan manajerial dan perencanaan operasional serta menurut keterlibatan seseorang dibedakan menjadi perencanaan individual dan perencanaan partisipatoris. Dalam membuat suatu perencanaan harus memenuhi prinsip-prinsip: komprehensif, integral, jangka panjang dan berkesinambungan, aspek kualitatif dan kuantitatif, aspek data dan informasi, rumusan yang operasional, didasari pada efektivitas dan efisiensi dan yang paling utama adalah harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.       Apa Pengertian Manajemen dan Perencanaan?
B.       Bagaimana filosofi pendidikan?
C.       Apa konsep dasar perencanaan pendidikan?
D.       Bagaimana karakteristik perencanaan pendidikan?

 III.            PEMBAHASAN
A.       Pengertian manajemen dan perencanaan
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata itu kemudian digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Management diterjemahkan dalam bahasa indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
Menurut Luther Gulick, manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.[1]
Jadi manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sedangkan perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (kreasi, revisi, dan sebagainya)[2]. Rangkaian proses kegiatan itu dilakukan agar harapan dapat terwujud menjadi kenyataan di masa yang akan datang. Perencanaan merupakan fungsi dari manajemen yang pertama dan utama. Perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan di definisikan dalam berbagai macam sudut pandang. Di antara beberapa definisi tersebut antara lain:
1.      Menurut Prajudi Atmusudirdjo, perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana.
2.      Menurut Roger A. Kauffman, perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.[3]
3.      Menurut Ulbert Silalahi, prencanaaan adalah kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode, dan waktu untuk memaksimilisasi efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan.
Dari pengertian diatas perencanaan dapat diartikan sebagai kegiatan menentukan tujuan dan merumuskan serta mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.       Filosofi pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “pedagogi” yang berarti pendidikan dan kata “pedagogia” yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu “ Paedos” dan “Agoge” yang berarti “saya membimbing, memimpin anak”. Dari pengertian ini pendidikan dapat diartikan: kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
Banyak rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:[4]
1.        John Dewey: pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia.
2.        JJ. Rouseau: pendidikan merupakan pemberian bekal  kepada kita apa yang tidak kita butuhkan pada masa kanak- kanak, akan tetapi kita butuhkan saat kita dewasa.
3.        Langeveld: Pendidikan merupakan setiap usaha yang dilakukan untuk memengaruhi dan membimbing anak ke arah kedewasaan, agar anak cekatan melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
4.        Ki Hajar Dewantara: Pendidikan merupakan menuntun segala kodrat yang terdapat dalam diri anak sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya.
5.        Ahmad D. Marimba: pendidikan merupakan pemberian bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar oleh orang dewasa atau pendidik untuk membawa anak atau peserta didik menuju kedewasaan melalui proses bimbingan yang dilakukan melalui proses bimbingan yang dilakukan secara teratur dan sistematis.
Secara nasional pendidikan dirumuskan sebagai berikut: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

C.       Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli mengenai rumusan perencanaan pendidikan sebagai berikut:
1.        Gurude, perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas perencana pendidikan.
2.        Albert Waterston, perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
3.        Menurut Comb, perencanaan pendidikan merupakan aplikasi analisis rasional  dan sistematik dalam proses pengembangan pendidikan yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan  dalam usahanya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan (pendidikan) baik tujuan yang berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat. [5]
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapatlah dipahami beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan itu:
a.    Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Perencanaan pendidikan  dewasa ini telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang cukup kompleks dan rumit, antara lain : model pendekatan Social Demand, Man Power, Cost Benefit, Strategic dan Comprehensive.
b.    Proses pembangunan dan pengembangan pendidikan, artinya bahwa perencanaan pendidikan itu dilakukan dalam reformasi pendidikan, yaitu suatu proses dari status sekarang menuju ke status perkembangan pendidikan yang dicita-citakan. Perencanaaan merupakan suatu momen kegiatan dalam proses yang kontinyu.
c.    Prinsip efektivitas dan efesiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan itu pemikiran secara ekonomis sangat menonjol, misalnya dalam hal penggalian sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan dengan tenaga kerja, hubungan pengembangan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi.
d.   Kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat ( lokal, regional, nasional dan internasional), artinya perencanaan pendidikan itu mencakup aspek internal dan eksternal dari keorganisasian sistem pendidikan itu sendiri.[6]
Keberhasilan perencanaan pendidikan amat ditentukan oleh cara, sifat dan proses pengambilan keputusan yang diambil para perencana pendidikan  yang didasarkan pada tujuan pembangunan nasional serta strategi dan kebijakan operasional pendidikan sertacara pendekatan yang digunakan. Dalam menentukan kebijakan mulai dari perencanaann sampai pelaksanaan perlu memperhatikan, siapa yang memegang kekuasaan merencanakan, siapa yang dapat menentukan keputusan dalam perencanaan pendidikan serta faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan.[7]
D.       Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Menurut Banghart dan Trull dalam Harjanto bahwa terdapat beberapa karakteristik perencanaan pendidikan, yaitu :
a.    Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan sosial dan konsep-konsepnya yang dirancang oleh banyak orang.
b.    Merupkan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodivikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c.    Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas itu banyak ragamnya, namun dapat dikategorikan menjadi posedur dan pengarahan.
d.   Perencanaan pendidikan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah dalam manajemennya.
Sedangkan menurut Udin Syaefudin Saud menyatakan perencanaan pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.    Suatu proses rasional, dikarakterisasikan sebagai pengembangan yang terorganisasi dari kegiatan pembelajaran masyarakat.
b.    Menyangkut tujuan sosial, cara dan tujuan, proses – proses dan kontrol.
c.    Merupakan rancangan konseptual dimana kebijakan dan tindakan dibuat oleh kelompok.
d.   Konsep dinamis yang menjamin suatu rencana dikonstruksikan dengan teratur sehingga tidak mungkin terjadi penyimpangan.[8]
Jadi, pada dasarnya karakteristik pendidikan memerlukan pemikiran-pemikiran yang matang dari beberapa orang khususnya dari para perancang pendidikan. Dimana rancangan tersebut  bersifat kompleks dan mempunyai pandangan jauh kedepan dan mengadakan pemeriksaan yang teliti pada kondisi dan akibat- akibat ekonominya dari suatu masyarakat.[9] Perencanaan pendidikan sebaiknya juga bersifat dinamis agar nantinya perencanaan tersebut mampu di modifikasi ulang ketika terjadi kendala dalam keadaan – keadaan yang telah sangat mendesak dan dibutuhkan.

 IV.            KESIMPULAN
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan perencanaan adalah kegiatan menentukan tujuan dan merumuskan serta mengatur pendayagunaan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara nasional pendidikan dirumuskan sebagai berikut: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Ada beberapa unsur penting yang terkandung dalam perencanaan pendidikan itu:
a.    Penggunaan analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan.
b.    Proses pembangunan dan pengembangan pendidikan.
c.     Prinsip efektivitas dan efesiensi.
d.    Kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat ( lokal, regional, nasional dan internasional).
karakteristik pendidikan memerlukan pemikiran-pemikiran yang matang dari beberapa orang khususnya dari para perancang pendidikan. Dimana rancangan tersebut  bersifat kompleks dan mempunyai pandangan jauh kedepan dan mengadakan pemeriksaan yang teliti pada kondisi dan akibat- akibat ekonominya dari suatu masyarakat. Perencanaan pendidikan sebaiknya juga bersifat dinamis agar nantinya perencanaan tersebut mampu di modifikasi ulang ketika terjadi kendala dalam keadaan – keadaan yang telah sangat mendesak dan dibutuhkan.

    V.            PENUTUP
            Demikianlah makalah yang kami susun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca kami tunggu guna perbaikan pada penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semuaa. Aamiin....






















DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung :PT Remaja Rosdakarya,2008
Sa’ud, Udin Syaefudin, Perencanaan Pendidikan suatu pendekatan komprehensif,  Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009
Supardi,dkk, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Diadit Media, 2010



[1]Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, ( Bandung :PT Remaja Rosdakarya,2008), hlm.1 
[2]Udin Syaefudin sa’ud, Perencanaan Pendidikan suatu pendekatan komprehensif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 32
[3] Nanang Fatah, Op. Cit., hlm. 49
[4] Supardi,dkk, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Diadit Media, 2010), hlm.4-6.
[5] Ibid.,  hlm.6-7
[6] Udin Syaefudin,dkk., op.cit.,hlm.9
[7] Supardi, dkk., 0p.cit., hlm. 9
[8]  Ibid, hlm. 14-15
[9] Syaefudin Sa’ud, dkk, Op.cit., hlm.32

Rabu, 10 Oktober 2012

Perencanaan Mata Diklat

PERENCANAAN MATA DIKLAT


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Program Pendidikan dan Latihan
Dosen Pengampu : Drs. Fatah Syukur, M.Ag.

 









Disusun Oleh :

Desy Fatmawati            103311042


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012

PERENCANAAN MATA DIKLAT

       I.            PENDAHULUAN
Banyak orang berpendapat bahwa terdapat pengaruh antara pelatihan yang diperoleh terhadap prestasi kerja suatu individu. Pendapat ini mungkin tidak salah. Hanya saja da beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis pelatihan bagi karyawan. Sehingga nantinya, pelatihan yang diberikan bisa bermanfaat.
Untuk menentukan jenis pelatihan bagi peserta, ada beberapa hal yang harus dipikirkan. Salah satu diantaranya adalah perencanaan mata diklat. Perencanaan tersebut sangat penting keberadaannya sebab tanpa perencanaan yang baik mustahil proses pendidikan dan latihan serta pencapaian tujuan pelatihan akan tercapai. 
Hal ini juga dilakukan demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bisa dicapai, maka sebuah pelatihan tidak berlangsung dengan sia-sia serta mampu mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.

    II.            POKOK PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas bebarapa yang terkait dalam rumusan masalah, yaitu:
A.  Bagaimakah analisis kebutuhan pelatihan?
B.  Apa tujuan dalam pelaksanaan pelatihan?
C.  Apa materi dalam pelaksanaan pelatihan?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Analisis kebutuhan pelatihan
Menentuakan kebutuhan pelatihan bukan hal yang sederhana, sebab kebutuhan pelatihan terkait dengan siapa yang dilatih, terkait dengan tujuan pelatihan, untuk siapa kebutuhan pelatihan itu dilakukan, siapa penyelenggara pelatihan, bahan pelatihan ditentukan oleh penyelenggara pelatihan, dan merupakan paket yang tak dapat dipecah-pecah sesuai dengan keinginan pembelajar (=teacher controlled), ataukah dapat dipilih materinya oleh pembelajar sendiri (=learner controlled).[1]
Tujuan umum pelaksanaan pelatihan sangat bervariasi, tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakannya.[2] Namun, pada dasarnya pelaksanaan diklat dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu individu maupun organisasi. Oleh karena itu kegiatan pelatihan harus dirancang sedemikian rupa agar benar-benar memberikan manfaat meningkatkan dan memperbaiki sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Secara konseptual, tujuan pelaksanaan pelatihan atau training adalah untuk meningkatkan, memperbaiki, dan meningkatkan nilai  Quality, Quantity, Cost, and Time.
Keempat tujuan pelaksanaan pelatihan tersebut merupakan tujuan dasarnya, tetapi tujuan praktisnya akan disesuaikan dengan harapan dan keinginan pihak penyelenggara pelatihan. Tentu saja hal ini tidak dibuat demikian saja tetapi melalui proses yang disebut dengan identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan. Jika kita tidak melakukan tahapan ini, seringkali pelatihan tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.
Dalam diklat kita mengenal adanya tahapan atau siklus diklat, misalnya menyusun program dengan memperhatikan situasi atau iklim organisasi. Secara rinci Malcom S.Knowles menyatakan diklat dimulai dengan menciptakan iklim dan struktur organisasi yang tepat, menetapkan kebutuhan dan kepentingan diklat, menentukan tujuan dan merancang suatu program yang komprehansif.[3]
Analisis kebutuhan pelatihan sangat diperlukan untuk menghindari penyusunan program yang sepihak, yang hanya dilakukan oleh penyelenggara program. Pada dasarnya adalah analisis kebutuhan pelatihan yang berorientasi pada kepentingan (calon) partisipan, bukan semata-mata kepada kepentingan penyelenggara program pelatihan.[4] Hal itu menunjukan bahwa analisis kebutuhan harus bersifat penggabungan antara dua kepentingan.
Keputusan dalam penyelenggaraan pelatihan harus berdasarkan data yang dihimpun dengan melakukan suatu penilaian kebutuhan (need assessment).[5] Kegiatan penilaian kebutuhan tersebut bisa dilaksanakan dengan Penentuan sampel yang akan dijadikan sebagai obyek pengamatan, dan pengkajian sesuai dengan jenis diklat yang akan dilaksanakan. Dalam menentukan sample ini tentu saja diusahakan agar dapat mewakili populasi yang memerlukan peningkatan. Sample yang ada akan membantu pihak penyelenggara diklat dalam menetapkan jenis kebutuhan diklat.
Ada beberapa teknik atau metode yang sering dipergunakan dalam melaksanakan penilaian kebutuhan, teknik ini antara lain teknik Delphi, teknil Q-Sort dan teknik pendadakan.[6]
1.      Teknik Pendadakan
Teknik ini lebih menekankan pada wawancara dan brainstorming (umbar saran). Teknik ini mampu menampung ide tentang jenis mata diklat yang sedang dibutuhkan oleh anggota kelompok.
2.      Teknik Delphi
Teknik Delphi termasuk ke dalam teknik pengambilan keputusan modern yang merangsang kreativitas dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan gagasan orang lain dalam pengambilan keputusan kelompok. Teknik ini menggunakan serangkaian kuesioner untuk menilai pendapat kelompok pada setiap orangnya. Kuesioner tersebut dirangcang untuk mendapatkan tanggapan dari individu sebagai cara untuk menentukan masalah yang nantinya akan dianalisis oleh penyelenggara diklat. Pendekatan ini terlihat lebih obyektif bagi suatu organisasi.
3.      Teknik Q-Sort
Teknik ini telah dipergunakan di lingkungan Dikmas (Pendidikan masyarakat) sebagai suatu alat dalam rangka mengumpulkan data untuk kepentingan penilaian kebutuhan. Pada dasarnya teknik ini hampir sama dengan teknik riset.

B.     Tujuan mata diklat
Kegiatan penentuan tujuan akan dilakukan setelah kegiatan analisis terhadap kebutuhan selesai. Karena kegiatan ini sangat bergantung pada keberhasilan dalam menentukan kebutuhan diklat. Tujuan diklat, baik yang bersifat umum maupun khusus akan mengecu pada kebutuhan diklat.[7] Oleh karena itu tujuan diklat pada dasarnya adalah suatu pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dalam pelaksanaan diklat. Adapun tujuan pelatihan dan pengembangtan menurut Henry Simaroma, meliputi :[8]
1.      Memperbaiki kinerja
Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
2.      Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pegawai.
3.      Memnbantu memecahkan persoalan oprasional.
4.      Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
5.      Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.
Tujuan yang jelas dan spesifik diperlukan dalam rangka menentukan evaluasi program kemudian. Dalam menentukan tujuan diklat perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : peserta organisasi diklat, materi/bahan pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang diharapkan. Faktor lain yang berpengaruh kepada penetapan tujuan adalah system dan konsep pemegang/desain diklat.
Dalam menetapkan tujuan diklat perlu adanya penentuan prioritas kebutuhan diklat. Kebutuhan yang telah diprioritaskan dijabarkan kedalam tiga aspek penting dalam diklat, yaitu: keterampilan, pengetahuan, dan sikap.[9] Penulisan tujuan harus memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut : pelaksanaan (performance), kondisi, dan criteria. (Leonard Nadler : 15)
1.      Pelaksanaan
Komponen ini dinyatakan dalam suatu pernyataan, kemampuan apa yang dapat dimiliki oleh seorang peserta setelah pelatihan tersebut dilaksanakan. Contohnya :  dalam melakukan pelatihan PLPG kemampuan yang hendak dicapai adalah menjadi guru professional.
2.      Kondisi
Yang harus diperhatikan dalam komponen ini adalah keterangan tentang hal yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku.
3.      Kriteria
Pada komponen yang ketiga ini, yang perlu diperhatikan adalah penampilan apakah yang diharapkan dari peserta. Disini lebih ditekankan pada pelaksanaan kerja. Sesuatu yang dapat diukur dan diamati. Sesuatu yang berkaitan dengan keterampilan, psychomotorik dan kognitif.

C.     Materi dalam pelaksanaan pelatihan
Setelah menetapkan mata diklat dan menentukan tujuan pelatihan, selanjutnya harus menyusun kerangka sajian pembelajaran yang sistematis. Garis besar isi dibuat pada tiap-tiap tujuan khusus yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang hendak diajarkan. Pokok-pokok bahan yang relevan dengan tiap-tiap tujuan itu diletakkan pada kerangka yang telah dibentuk, ibarat melekatkan daging pada tulangnya.[10]
Pemilihan trainer yang kompeten juga menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan materi diklat. Sebab dengan adanya instruktur yang baik maka akan diperoleh materi pelatihan yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan serta kualitas yang diharapkan.
Para instruktur berperan penting dalam seluruh kegiatan persiapan. Khususnya dalam penyiapan bahan ajar dan segala hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Para pengelola dengan staf pembantu menyiapkan segala hal yang bersangkutan dengan proses penyelenggara pelatihan.[11]

  IV.            KESIMPULAN
Perencanaan pengajaran merupakan suatu kegiatan awal bagi Widyaiswara dalam pelaksanaan pengajaran, karena perencanaan pengajaraan merupakan bagian dari komponen sistem pengajaran, serta pada hakekatnya pengajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pada dasarnya adalah analisis kebutuhan pelatihan yang berorientasi pada kepentingan (calon) partisipan, bukan semata-mata kepada kepentingan penyelenggara program pelatihan. Keputusan dalam penyelenggaraan pelatihan harus berdasarkan data yang dihimpun dengan melakukan suatu penilaian kebutuhan (need assessment). Ada beberapa teknik atau metode yang sering dipergunakan dalam melaksanakan penilaian kebutuhan, teknik ini antara lain teknik Delphi, teknil Q-Sort dan teknik pendadakan.
Dalam menetapkan tujuan diklat perlu adanya penentuan prioritas kebutuhan diklat. Kebutuhan yang telah diprioritaskan dijabarkan kedalam tiga aspek penting dalam diklat, yaitu: keterampilan, pengetahuan, dan sikap.

     V.            ANALISIS
Untuk menentukan mata diklat, ada beberapa tahap yang harus diperkirakan. Hal ini demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bias dicapai, maka sebuah pelatihan tidak akan berlangsung dengan sia-sia serta meraih hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam menentukan jenis pelatihan, yang harus dilakukan adalah :
1.      Mendefinisikan masalah. Hal itu terkait dengan visi dan misi perusahaan serta kebutuhan yang harus dicukupi dalam mempersiapkan persaingan di era globalisasi ini.
2.      Siapa yang akan mendapatkan pelatihan. Tentu tidak mungkin pelatihan akan diikuti oleh seluruh karyawan. Harus ada prioritas siapa saja yang akan mengikuti pelatihan ini. Hal ii desesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelatihan yang akan dilakukan.
3.      Memilih trainer yang kompeten untuk mendapatkan materi serta kualitas yang diharapkan.
4.      Waktu pelatihan. Karena perhitunga waktu disesuaikan dengan jadwal kerja rutin yang harus dijalani oleh para karyawan yang mengikuti pelatihan. Perhitungan waktu tersebut terkait dengan efektivitas biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.
Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan terdapat banyak pengaruh terhadap kemampuan setiap individu. Diantaranya adalah :
1.      Melatih untuk selalu mengikuti perkembangan pengetahuan.
Dengan karyawan yang memiliki wawasan luas, diharapkan akan membawa pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas perusahaan.
2.      Meningkatkan keterampilan karyawan yang dikaitkan dengan penggalian kompetensi karyawan yang bersangkutan.
3.      Bagi karyawan, mereka akan bias mengetahui konsep yang terkait dengan sikap dan perilaku yang dihubungkan dengan pekerjaan yang mereka jalani.

  VI.            PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat dan dengan sebaik-baiknya, Apabila dari pembaca sekalian menemukan kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini, mohon kiranya untuk memberikan kritik serta saran yang konstruktif guna revisi dalam makalah saya selanjutnya. Saya menyadari bahwa saya adalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa dan kerena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
           Semoga makalah sederhana ini dapat menambah pengetahuan kita mengenai analisis kebutuhan dalam penentuan materi penyelenggaraan pelatihan yang nantinya mampu menambah literatur dalam khazanah keilmuan kita, khususnya dalam bidang diklat.




Daftar Pustaka

Atmodiwirio, Soebagio, Manajemen Training, Jakarta: Balai Pustaka, 1993
Martoyo, Susilo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi, 1992
Mujiman, Haris, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Sulistiyani, Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003



[1] Haris Mujuman, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset,2011), hlm.58
[2] Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta:Bumi Aksara,2009), hlm.18
[3] Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Training, (Jakarta:Balai Pustaka,1993), hlm.68
[4] Haris Mujiman, Op cit, hlm.63
[5] Ambar Teguh Sulistiyani, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2003), hlm.179
[6] Soebagio Atmodiwirio, Op cit, hlm.75
[7] Ibid, hlm.91
[8] Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi,1992)
[9] Soebagio Atmodiwirio, Opcit, hlm.93
[10] Haris Mujiman, Opcit, hlm.71
[11] Ibid, hlm.65