PERENCANAAN MATA DIKLATMAKALAHDisusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah : Manajemen Program Pendidikan dan LatihanDosen Pengampu : Drs. Fatah Syukur, M.Ag.
Disusun Oleh :Desy Fatmawati 103311042JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAMFAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG2012PERENCANAAN MATA DIKLATI. PENDAHULUANBanyak orang berpendapat bahwa terdapat pengaruh antara pelatihan yang diperoleh terhadap prestasi kerja suatu individu. Pendapat ini mungkin tidak salah. Hanya saja da beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis pelatihan bagi karyawan. Sehingga nantinya, pelatihan yang diberikan bisa bermanfaat.Untuk menentukan jenis pelatihan bagi peserta, ada beberapa hal yang harus dipikirkan. Salah satu diantaranya adalah perencanaan mata diklat. Perencanaan tersebut sangat penting keberadaannya sebab tanpa perencanaan yang baik mustahil proses pendidikan dan latihan serta pencapaian tujuan pelatihan akan tercapai.Hal ini juga dilakukan demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bisa dicapai, maka sebuah pelatihan tidak berlangsung dengan sia-sia serta mampu mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.II. POKOK PEMBAHASANBerdasarkan latar belakang di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas bebarapa yang terkait dalam rumusan masalah, yaitu:A. Bagaimakah analisis kebutuhan pelatihan?B. Apa tujuan dalam pelaksanaan pelatihan?C. Apa materi dalam pelaksanaan pelatihan?III. PEMBAHASANA. Analisis kebutuhan pelatihanMenentuakan kebutuhan pelatihan bukan hal yang sederhana, sebab kebutuhan pelatihan terkait dengan siapa yang dilatih, terkait dengan tujuan pelatihan, untuk siapa kebutuhan pelatihan itu dilakukan, siapa penyelenggara pelatihan, bahan pelatihan ditentukan oleh penyelenggara pelatihan, dan merupakan paket yang tak dapat dipecah-pecah sesuai dengan keinginan pembelajar (=teacher controlled), ataukah dapat dipilih materinya oleh pembelajar sendiri (=learner controlled).[1]Tujuan umum pelaksanaan pelatihan sangat bervariasi, tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakannya.[2] Namun, pada dasarnya pelaksanaan diklat dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu individu maupun organisasi. Oleh karena itu kegiatan pelatihan harus dirancang sedemikian rupa agar benar-benar memberikan manfaat meningkatkan dan memperbaiki sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Secara konseptual, tujuan pelaksanaan pelatihan atau training adalah untuk meningkatkan, memperbaiki, dan meningkatkan nilai Quality, Quantity, Cost, and Time.Keempat tujuan pelaksanaan pelatihan tersebut merupakan tujuan dasarnya, tetapi tujuan praktisnya akan disesuaikan dengan harapan dan keinginan pihak penyelenggara pelatihan. Tentu saja hal ini tidak dibuat demikian saja tetapi melalui proses yang disebut dengan identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan. Jika kita tidak melakukan tahapan ini, seringkali pelatihan tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.Dalam diklat kita mengenal adanya tahapan atau siklus diklat, misalnya menyusun program dengan memperhatikan situasi atau iklim organisasi. Secara rinci Malcom S.Knowles menyatakan diklat dimulai dengan menciptakan iklim dan struktur organisasi yang tepat, menetapkan kebutuhan dan kepentingan diklat, menentukan tujuan dan merancang suatu program yang komprehansif.[3]Analisis kebutuhan pelatihan sangat diperlukan untuk menghindari penyusunan program yang sepihak, yang hanya dilakukan oleh penyelenggara program. Pada dasarnya adalah analisis kebutuhan pelatihan yang berorientasi pada kepentingan (calon) partisipan, bukan semata-mata kepada kepentingan penyelenggara program pelatihan.[4] Hal itu menunjukan bahwa analisis kebutuhan harus bersifat penggabungan antara dua kepentingan.Keputusan dalam penyelenggaraan pelatihan harus berdasarkan data yang dihimpun dengan melakukan suatu penilaian kebutuhan (need assessment).[5] Kegiatan penilaian kebutuhan tersebut bisa dilaksanakan dengan Penentuan sampel yang akan dijadikan sebagai obyek pengamatan, dan pengkajian sesuai dengan jenis diklat yang akan dilaksanakan. Dalam menentukan sample ini tentu saja diusahakan agar dapat mewakili populasi yang memerlukan peningkatan. Sample yang ada akan membantu pihak penyelenggara diklat dalam menetapkan jenis kebutuhan diklat.Ada beberapa teknik atau metode yang sering dipergunakan dalam melaksanakan penilaian kebutuhan, teknik ini antara lain teknik Delphi, teknil Q-Sort dan teknik pendadakan.[6]1. Teknik PendadakanTeknik ini lebih menekankan pada wawancara dan brainstorming (umbar saran). Teknik ini mampu menampung ide tentang jenis mata diklat yang sedang dibutuhkan oleh anggota kelompok.2. Teknik DelphiTeknik Delphi termasuk ke dalam teknik pengambilan keputusan modern yang merangsang kreativitas dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan gagasan orang lain dalam pengambilan keputusan kelompok. Teknik ini menggunakan serangkaian kuesioner untuk menilai pendapat kelompok pada setiap orangnya. Kuesioner tersebut dirangcang untuk mendapatkan tanggapan dari individu sebagai cara untuk menentukan masalah yang nantinya akan dianalisis oleh penyelenggara diklat. Pendekatan ini terlihat lebih obyektif bagi suatu organisasi.3. Teknik Q-SortTeknik ini telah dipergunakan di lingkungan Dikmas (Pendidikan masyarakat) sebagai suatu alat dalam rangka mengumpulkan data untuk kepentingan penilaian kebutuhan. Pada dasarnya teknik ini hampir sama dengan teknik riset.B. Tujuan mata diklatKegiatan penentuan tujuan akan dilakukan setelah kegiatan analisis terhadap kebutuhan selesai. Karena kegiatan ini sangat bergantung pada keberhasilan dalam menentukan kebutuhan diklat. Tujuan diklat, baik yang bersifat umum maupun khusus akan mengecu pada kebutuhan diklat.[7] Oleh karena itu tujuan diklat pada dasarnya adalah suatu pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dalam pelaksanaan diklat. Adapun tujuan pelatihan dan pengembangtan menurut Henry Simaroma, meliputi :[8]1. Memperbaiki kinerjaMemutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.2. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pegawai.3. Memnbantu memecahkan persoalan oprasional.4. Mempersiapkan karyawan untuk promosi.5. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.Tujuan yang jelas dan spesifik diperlukan dalam rangka menentukan evaluasi program kemudian. Dalam menentukan tujuan diklat perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : peserta organisasi diklat, materi/bahan pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang diharapkan. Faktor lain yang berpengaruh kepada penetapan tujuan adalah system dan konsep pemegang/desain diklat.Dalam menetapkan tujuan diklat perlu adanya penentuan prioritas kebutuhan diklat. Kebutuhan yang telah diprioritaskan dijabarkan kedalam tiga aspek penting dalam diklat, yaitu: keterampilan, pengetahuan, dan sikap.[9] Penulisan tujuan harus memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut : pelaksanaan (performance), kondisi, dan criteria. (Leonard Nadler : 15)1. PelaksanaanKomponen ini dinyatakan dalam suatu pernyataan, kemampuan apa yang dapat dimiliki oleh seorang peserta setelah pelatihan tersebut dilaksanakan. Contohnya : dalam melakukan pelatihan PLPG kemampuan yang hendak dicapai adalah menjadi guru professional.2. KondisiYang harus diperhatikan dalam komponen ini adalah keterangan tentang hal yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku.3. KriteriaPada komponen yang ketiga ini, yang perlu diperhatikan adalah penampilan apakah yang diharapkan dari peserta. Disini lebih ditekankan pada pelaksanaan kerja. Sesuatu yang dapat diukur dan diamati. Sesuatu yang berkaitan dengan keterampilan, psychomotorik dan kognitif.C. Materi dalam pelaksanaan pelatihanSetelah menetapkan mata diklat dan menentukan tujuan pelatihan, selanjutnya harus menyusun kerangka sajian pembelajaran yang sistematis. Garis besar isi dibuat pada tiap-tiap tujuan khusus yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang hendak diajarkan. Pokok-pokok bahan yang relevan dengan tiap-tiap tujuan itu diletakkan pada kerangka yang telah dibentuk, ibarat melekatkan daging pada tulangnya.[10]Pemilihan trainer yang kompeten juga menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan materi diklat. Sebab dengan adanya instruktur yang baik maka akan diperoleh materi pelatihan yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan serta kualitas yang diharapkan.Para instruktur berperan penting dalam seluruh kegiatan persiapan. Khususnya dalam penyiapan bahan ajar dan segala hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Para pengelola dengan staf pembantu menyiapkan segala hal yang bersangkutan dengan proses penyelenggara pelatihan.[11]IV. KESIMPULANPerencanaan pengajaran merupakan suatu kegiatan awal bagi Widyaiswara dalam pelaksanaan pengajaran, karena perencanaan pengajaraan merupakan bagian dari komponen sistem pengajaran, serta pada hakekatnya pengajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pengajaran.Pada dasarnya adalah analisis kebutuhan pelatihan yang berorientasi pada kepentingan (calon) partisipan, bukan semata-mata kepada kepentingan penyelenggara program pelatihan. Keputusan dalam penyelenggaraan pelatihan harus berdasarkan data yang dihimpun dengan melakukan suatu penilaian kebutuhan (need assessment). Ada beberapa teknik atau metode yang sering dipergunakan dalam melaksanakan penilaian kebutuhan, teknik ini antara lain teknik Delphi, teknil Q-Sort dan teknik pendadakan.Dalam menetapkan tujuan diklat perlu adanya penentuan prioritas kebutuhan diklat. Kebutuhan yang telah diprioritaskan dijabarkan kedalam tiga aspek penting dalam diklat, yaitu: keterampilan, pengetahuan, dan sikap.V. ANALISISUntuk menentukan mata diklat, ada beberapa tahap yang harus diperkirakan. Hal ini demi menciptakan pelatihan yang efektif serta tepat sasaran. Jika ini bias dicapai, maka sebuah pelatihan tidak akan berlangsung dengan sia-sia serta meraih hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam menentukan jenis pelatihan, yang harus dilakukan adalah :1. Mendefinisikan masalah. Hal itu terkait dengan visi dan misi perusahaan serta kebutuhan yang harus dicukupi dalam mempersiapkan persaingan di era globalisasi ini.2. Siapa yang akan mendapatkan pelatihan. Tentu tidak mungkin pelatihan akan diikuti oleh seluruh karyawan. Harus ada prioritas siapa saja yang akan mengikuti pelatihan ini. Hal ii desesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelatihan yang akan dilakukan.3. Memilih trainer yang kompeten untuk mendapatkan materi serta kualitas yang diharapkan.4. Waktu pelatihan. Karena perhitunga waktu disesuaikan dengan jadwal kerja rutin yang harus dijalani oleh para karyawan yang mengikuti pelatihan. Perhitungan waktu tersebut terkait dengan efektivitas biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.Dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan terdapat banyak pengaruh terhadap kemampuan setiap individu. Diantaranya adalah :1. Melatih untuk selalu mengikuti perkembangan pengetahuan.Dengan karyawan yang memiliki wawasan luas, diharapkan akan membawa pengaruh terhadap perkembangan dan kualitas perusahaan.2. Meningkatkan keterampilan karyawan yang dikaitkan dengan penggalian kompetensi karyawan yang bersangkutan.3. Bagi karyawan, mereka akan bias mengetahui konsep yang terkait dengan sikap dan perilaku yang dihubungkan dengan pekerjaan yang mereka jalani.VI. PENUTUPDemikianlah makalah ini saya buat dan dengan sebaik-baiknya, Apabila dari pembaca sekalian menemukan kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini, mohon kiranya untuk memberikan kritik serta saran yang konstruktif guna revisi dalam makalah saya selanjutnya. Saya menyadari bahwa saya adalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa dan kerena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.Semoga makalah sederhana ini dapat menambah pengetahuan kita mengenai analisis kebutuhan dalam penentuan materi penyelenggaraan pelatihan yang nantinya mampu menambah literatur dalam khazanah keilmuan kita, khususnya dalam bidang diklat.
Daftar PustakaAtmodiwirio, Soebagio, Manajemen Training, Jakarta: Balai Pustaka, 1993Martoyo, Susilo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi, 1992Mujiman, Haris, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: Bumi Aksara, 2009Sulistiyani, Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003
[1] Haris Mujuman, Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset,2011), hlm.58[2] Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta:Bumi Aksara,2009), hlm.18[3] Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Training, (Jakarta:Balai Pustaka,1993), hlm.68[4] Haris Mujiman, Op cit, hlm.63[5] Ambar Teguh Sulistiyani, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2003), hlm.179[6] Soebagio Atmodiwirio, Op cit, hlm.75[7] Ibid, hlm.91[8] Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi,1992)[9] Soebagio Atmodiwirio, Opcit, hlm.93[10] Haris Mujiman, Opcit, hlm.71[11] Ibid, hlm.65
Rabu, 10 Oktober 2012
Perencanaan Mata Diklat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar